Feeds:
Posts
Comments

Archive for April 26th, 2007

Roh Gentayangan?

Assalamu’alaikum wr. wb.

Merebaknya tayangan mistik di berbagai televisi Indonesia, sangat merisaukan umat Islam.

Seolah-olah roh manusia yang telah meninggal masih bergentayangan di bumi, berkomunikasi dengan manusia yang masih hidup, atau mengganggu manusia dan lain-lain.

Tapi menurut seorang Ustaz di sebuah pengajian lewat radio (saya tidak usah menyebutkan namanya), roh-roh yang bcrgentayangan itu adalah iblis (Jin) yang melakukan tipu daya dengan menyerupai orang yang sudah meninggal untuk menyesatkan dan merusak akidah manusia, Sedangkan roh manusia yang telah meninggal berada di alam barzakh, tetap di sana sampai Hari Kebangkitan.

Dalilnya, antara lain, firman Allah “Kemudian, sesudah itu sesungguhnya kamu semua benar-benar akan mati. Kemudian sesungguhnya kamu semua akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.” [QS.Al-Mu’minun (23) : 15-16]

Oleh karena itu, saya mohon Bapak Kiai dapat memberikan bimbingan agama mengenai masalah ini. Di manakah tempat arwah manusia setelah meninggal? Benarkah ada arwah manusia bergentayangan di bumi, bahkan berkomunikasi dengan manusia yang masih hidup? Atas bimbingan tersebut, saya ucapkan terima kasih.

Dari

Agus Sudaryanto
Babelan, Bekasi


Wa’alaikumussalam Wr.Wb.
Bapak Agus Sudaryanto yang baik.
Semaraknya tayangan berbau mistik di berbagai televisi di Indonesia, memang sangat meresahkan dan menggelisahkan umat Islam, terutama bagi orang-orang yang masih memiliki kepedulian akan pentingnya menjaga kemumian akidah umat Islam. Meskipun di sisi lain, kita tahu bahwa pihak pertelevisian yang menayangkan program-program berbau mistik tersebut, lebih berorientasi pada target mengejar rating tinggi, hingga eksistensi televisi sebagai media penyebaran informasi dan media pendidikan sering terabaikan.

Sebelum menjawab pertanyaan Bapak tentang posisi ruh (arwah) manusia yang telah meninggal, terlebi dulu ingin kami paparkan beberapa hal yang ada hubungannya dengan masalah itu.

Pertama,

tentang alam, bahwa alam itu terbagi menjadi tiga, yaitu alam dunia, alam barzakh dan alam akhirat. Ketiga jenis alam itu memiliki status dan aturan sendiri. Alam dunia adalah refieksi dari jasad sedangkan ruh sebagai bagiannya, namun sebaliknya alam barzakh adalah refleksi dari ruh sedangkan jasad sebagai bagiannya. Dan terakhir alam akhirat atau Daru al-Qarar adalah alam setelah kebangkitan manusia dari kuburnya untuk mendapatkan baiasan, di mana jasad dan ruh digabungkan kembali.

Kedua,

kematian atau maut adalah berpisahnya ruh dengan jasad, dan ketika pemisahan tersebut terjadi, ruh berada di alam barzakh atau alam kubur. Ibarat perjalanan waktu, manusia yang sudah pindah ke alam lain itu tidak akan kembaii ke alam semula. Ruh manusia yang sudah pindah ke alam barzakh juga tidak akan kembaii ke alam dunia. dan tidak akan pernah kembali ke alam dunia.

Ketiga,

barzakh secara bahasa berarti pembatas antara dua hal, dan di sini maksudnya pembatas antara alam dunia dengan alam akhirat.

Dengan demikian, ketika seorang meninggal (mati, berpisah jasad dari ruhnya), maka ia tidak akan kembali ke alam dunia. Pada hari kiamat nanti, orang-orang kafir akan memohon kepada Allah agar dikembalikan lagi ke dunia untuk beramal shalih, tetapi permintaan itu tidak dikabulkan oleh Allah. Oleh karena itu, apa yang dikatakan oleh seorang Ustadz tadi, bahwa ruh-ruh yang bergentayangan itu adalah setan yang melakukan tipu daya dengan menyerupai orang yang sudah meninggal, insya Allah benar. Dan ketika ruh akan dibangkitkan dari alam barzakh (alam kubur) ke alam akhirat, ruh itu dikembalikan ke jasad yang baru yang diciptakan untuk alam akhirat.

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyebutkan daiam bukunya, al-Ruh, bahwa ada beberapa pendapat tentang keberadaan ruh setelah meninggal hingga hari kiamat. Dari sekian banyak pendapat yang ada, tidak satu pun yang menerangkan bahwa ada ruh yang bergentayangan. Ruh orang-orang beriman berada dialam barzakh yang luas, yang di dalamnya ada ketenteraman dan rezeki serta kenikmatan, sedangkan ruh orang-orang kafir berada di barzakh yang sempit, yang di dalamnya hanya ada kesusahan dan siksa. Allah berfirman, “Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. al-Mukminun : 100).

Adapun kaitannya dengan Jin adalah, bahwa Jin itu makhluk yang dapat menjelma atau merubah fisiknya menyerupai bentuk manusia atau makhluk-makhluk yang lain. Setan yang berasal dari Jin, ingin menyebarkan tipu daya dan keraguan pada keimanan manusia, maka saiah salu caranya adalah dengan menjelma menyerupai seseorang yang telah meninggal. Akibat dari penjelmaan tersebut, orang-orang yang melihat menganggap dan berkeyakinan bahwa yang mereka lihat adalah ruh dari orang yang mereka kenal sebelumnya. Oleh karena itu, apa yang dikatakan oleh kaum awam tentang adanya ruh gentayangan tidaklah benar menurut ajaran Islam.

Mengenai kemungkinan adanya komunikasi antara manusia yang masih hidup dengan orang yang sudah meninggal juga tidak benar, hatta para nabi dan wali yang telah meninggal sekalipun, tidak bisa berkomunikasi dengan manusia yang masih hidup. Oleh karena itu, cerita yang kerap kita dengar tentang pertemuan dan perbincangan seseorang dengan Nabi Haidir di tepi pantai adalah cerita bohong belaka. Rasulullah SAW bersabda, “Setelah seratus tahun, semua yang hidup di atas bumi ini akan meninggal.” (HR Imam AI-Bukhari). Beralasan dengan Hadis tersebut dan beberapa hadis yang lain, para ulama berpendapat bahwa Nabi Haidir benar-benar telah meninggal dan tidak akan kembah’ ke alam dunia, apalagi bertemu dan berkomunikasi dengan manusia.

Memang ada firman Allah yang terjemahannya, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali Imran : 169) Demikian juga Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam ai-Baihaqi dalam kitabnya, Hayat al-Anbiya fi Quburihim, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Para Nabi itu hidup di daiam kubur mereka senantiasa dalam keadaan shalat.”

Namun demikian, maksud ayat dan Hadis tersebut adalah menjelaskan tentang adanya bentuk kehidupan yang dialami para Syuhada dan para Nabi setelah mereka meninggal. Kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan secara khusus yang tidak dapat diketahui hakikatnya kecuali oleh Allah SWT. Demikian juga Hadis Rasulullah yang menyebutkan, “Siapa saja dari umatku yang bershalawat padaku sepeninggalku, maka aku akan membalas salamnya.” Ketika Rasulullah membalas ucapan shalawat umatnya, juga tidak dapat diketahui dan didengar oleh umatnya. (disalin & diedit dari amanahonline)

Demikianlah jawaban kami, mudah-mudahan bermanfaat

Read Full Post »

SIHIR,

PARANORMAL DAN PRAKTEK PERDUKUNAN DALAM ISLAM

Indonesia adalah tempat yang subur untuk perdukunan. Negara ini seolah terbelenggu dengan perdukunan. Jual tanah saja harus pergi ke dukun, mau usahanya lancar, mau jabatannya bertahan, mau punya wibawa dan ditakuti bawahan harus pergi ke dukun. Walaupun mungkin sebutan dukun sekarang kalah populer dengan paranormal atau pensehat spiritual, ditambah lagi oleh mitos-mitos yang berkembang di nusantara ini, seperti orang hamil harus membawa gunting, angka 13 adalah angka sial, diperparah lagi oleh tayangan mistik dan klenik yang berkembang pesat di dunia pertelevisian kita, dan ironinya mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Dari data yang ada, sekitar 149 tayangan misteri di TV kita. Di kantor terkumpul jimat dari harga yang terendah Rp 100 dan termahal Rp 1 milyar.

Dunia sihir dan perdukunan erat kaitannya dengan dunia jin dan setan, karenanya pada kesempatan ini perlu kiranya kita menyimak pandangan Islam tentang dunia jin.

Prinsip-prinsip Islam Mengenai Jin dan Setan

1. Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah sumber kita dalam mengenal masalah ghaib. Setiap informasi tentang yang ghaib selain dari keduanya harus kita tolak, kecuali yang selaras dengan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Allah Swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. 49:1)

2. Allah menciptakan jin dan manusia untuk satu tujuan yakni mengabdi kepada Allah Swt.

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. 51:56)

3. Jin diciptakan dari percikan api neraka sebelum manusia diciptakan.

“Dia menciptakan jin dari nyala api.” (QS. 55:15)

4. Iblis adalah keturunan jin yang membangkang dari perintah Allah, Dia bukan golongan malaikat.

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:”Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim. (QS. 18:50)

5. Syetan adalah sebutan bagi pembangkang dari golongan jin dan manusia, sebagai musuh dari setiap orang beriman.

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkan mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS. 6:112)

6. Jin adalah ummat seperti manusia, ada yang baik dan ada yang jahat, ada yang mukmin dan ada yang kafir, agama mereka berbeda-beda, tetapi mereka harus tetap mengikuti syariat.

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (QS. 72:11)

7. Jin bisa melihat manusia, sedangkan manusia tidak bisa melihat jin.

Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS. 7:27)

8. Jin tidak dapat menampakkan diri kepada manusia, tetapi jika yang muncul sejenis sesuatu yang menakutkan seperti kuntilanak, genderuwo, dsb maka itu adalah setan yang ingin menakut-nakuti manusia tapi bukan asli jin.

(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. 72:27)

9. Setiap manusia diikuti oleh dua qarin dari jin dan dari malaikat. Qarin dari malaikat selalu membisikkan kebaikan, sebaliknya qarin dari jin selalu membisikkan kejelakan dan kejahatan. Sedangkan qarin dari jin yang mendampingi Rasulullah Saw telah masuk Islam.

Tidaklah salah seorang dari kalian, kecuali telah didampingi oleh qarinnya dari golongan jin dan malaikat. Para sahabat bertanya, “Dan engkau juga ya Rasulullah/” Rasulullah menjawab, “Demikian juga dengan saya. Tetapi Allah telah membantu saya atasnya. Maka dia masuk Islam. Dan ia tidak memerintahkan saya kecuali dalam kebaikan” (HR. Muslim)

10. Memohon perlindungan kepada jin adalah haram, seperti minta perlindungan terhadap dirinya, kesehatannya, keselamatannya, hartanya, rumahnya, kantornya, kebunnya, kenadaraannya, jabatannya, usahanya, agamanya, dsb.

Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (QS. 72:6)

11. Jin bisa merasuk ke dalam jasad manusia dan mengalir dalam tubuh manusia melalui aliran darah. Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw:

“Sesungguhnya syaitan itu mengalir dari tubuh manusia melalui jalan darah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

12. Syetan atau jin pembangkang tidak akan mampu menguasai orang yang beriman dan selalu bertawal kepada Allah.

Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. (QS. 16:99)

13. Orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan syirik, mereka mendapat jaminan keamanan dan jaminan petunjuk dari Allah.

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 6:82)

14. Gangguan jin terhadap manusia dengan merasuk ke dalam jasadnya adalah tindakan zhalim. Terapinya adalah dengan cara membersihkan keimanannya, meluruskan ibadahnya dengan memperbanyak dzikir.

15. Terapi secara syar’i adalah bagian dari jihad fi sabilillah melawan syaitan maka kita haruslah tetap istiqamah di atas jalan yang haq.

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS. 35:6)

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. (QS. 4:76)

Demikianlah makalah yang sederhana ini, mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi kita semua dalam rangka menegakkan amar ma’ruf nahyi munkar dan menjaga kemurnian aqidah kita.

 

(ikadi)-swaramuslim.com-

Read Full Post »

Jika Ada Mahluk Lain

Selain Manusia

Kamis, 26 Apr 07 07:20 WIB

Ust. Ada yang bertanya kepada saya jika memang ada mahluk di luar sana (dari salah satu artikel ust. ) sedangkan para nabi diturunkan di bumi, lalu siapakah yang dijadikan teladan mahluk tersebut? Apakah ada aturan juga seperti di bumi?

Mohon penjelasannya. Terima kasih

Dony

Jawaban

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kalau memang ada makhluq lain di ‘luar sana’ selain manusia, maka mereka tidak perlu beragama dengan agama manusia. Karena agama Islam ini dan juga nabi Muhammad SAW diutus hanya untuk umat manusia, bukan untuk alien.

Kecuali bila aliennya itu manusia juga, maka mereka wajib bernabi kepada nabi Muhammad SAW. Dan beragama dengan agama Islam. Dan kalau alien itu manusia, maka pastilah asalnya dari bumi. Sebab manusia pertama adalah nabi Adam ‘alaihissalam, di mana beliau tidak punya keturunan kecuali setelah beliau ‘mendarat’ di muka bumi.

Memang nabi Adam as itu bukan penduduk asli bumi. Berarti boleh dibilang bahwa beliau pun termasuk jenis ‘alien’. Dan kita ini, anak cucu Adam, berarti juga keturunan ‘alien’. Paling tidak, kita adalah satu-satunya makhluq cerdas di muka bumi.

Namun nabi Adam as tidak pernah punya keturunan kecuali di bumi. Sebab ketika di surga dahulu, beliau belum punya anak. Barulah setelah mendarat di bumi, beliau kemudian punya anak banyak.

Maka kalau seandainya ada alien di luar angkasa dan alien itu manusia, pastilah asalnya dari bumi. Alien itu (kalau ada) yang berbentuk manusia dan merupakan anak cucu dari nabi Adam as, maka dia terikat untuk menjalankan risalah para nabi, termasuk risalah nabi Muhammad SAW.

Seandainya mereka adalah anak keturunan manusia dengan teknologi maju dan bisa memantau bumi dari luar angkasa tanpa kita sadari, maka kewajiban mereka adalah belajar ilmu syariah. Mulai dari thaharah, shalat, puasa, zakat, haji dan seterusnya. Kewajiban yang berlaku pada kita berlaku juga buat mereka.

Tetapi sebelum kita berhayal terlalu jauh, ketahuilah bahwa sampai hari ini pun para ilmuwan belum selesai berdebat tentang apakah alien selain manusia di luar bumi itu memang nyata ada, ataukah hanya konsumsi para penonton film produksi Hollywood saja.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

 

Read Full Post »

Gambar Wanita

Sebagai Iklan

Kamis, 26 Apr 07 07:04 WIB

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Pak Ustazd, bagaimana kaidahnya dalam Islam mengenai penampilan atau menampilkan wantia dalam Iklan di TV atau media cetak.

Yang hampir semua orang (laki/wanita) yang melihat hal tersebut.

Terima Kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Abdullah

Jawaban

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kaidahnya sangat mudah dan jelas, yaitu semua wanita muslimah diharamkan memperlihatkan apapun dari tubuhnya, kecuali wajah dan kedua tapak tangannya. Baik secara langsung (live) atau pun lewat media televisi. Termasuk juga pada media lainnya seperti gambar pada majalah, koran, brosur, pamplet, baliho, spanduk dan seterusnya.

Para ulama sejak lama telah bersepakat bahwa batas aurat wanita itu adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan kedua tapak tangan. Memang ada sebagian ulama yang tidak mencantumkan pengecualian, sehingga seluruh tubuh termasuk wajah dan tapak tangan pun dianggap aurat juga. Dan ada juga yang mengecualikan selaion wajah dan tapak tangan, yaitu kaki hingga kedua mata kaki.

Namun yang menjadi kesepakatan jumhur ulama adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua tapak tangan. Jadi selama seorang wanita tidak menampakkan auratnya, maka halal baginya untuk tampil di muka publik. Sebagaimana para wanita shahabiyah dan bahkan para isteri rasul sekalipun, juga tampil di muka publik.

Sedangkan tampil di muka publik dengan terlihat lengan, leher, pundak, dada, betis, paha dan lainnya, jelas haram hukumnya. Meski tanpa niat tampil sensual. Batasannya bukan pada sensualitasnya, atau juga bukan pada niatnya. Tetapi batasnya secara pisik saja, yaitu aurat.

Jadi kaidahnya sederhana dan mudah: Kalau aurat terlihat, haram tampil. Kalau aurat tidak terlihat, boleh tampil.

Adapun masalah kosmetik, bedak, lipstik, gincu, corak warna pakaian, model, potongan, dan lainnya, adalah wilayah yang oleh masing-masing ulama jadi bahan perbedaan pendapat. Mulai dari yang paling longgar hingga yang paling ketat. Tetapi urusan batas aurat, semua sepakat.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Read Full Post »

Apakah Memancing Ikan

Termasuk Menyiksa Hewan

Kamis, 26 Apr 07 06:42 WIB

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Semoga pak ustadz terus dipimpin oleh hidayah dan taufiq dari Alllah untuk menjawab segala permasalahan ummat.

Saya baru belajar/mendapat bahwa dalam ajaran agama Islam melarang untuk menyiksa hewan sebelum membunuhnya. Bahkan dalam beberapa hadist diperintahkan untuk menajamkan pisau sebelum digunakan menyembelih hewan, sehingga mengurangi rasa sakit tersebut ketika disembelih.

Seorang ahli ulama yang wara’ tidak hanya menjaga hubungan baik dengan Allah tetapi juga mahluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bahkan dalam cerita mereka datang terlambat ke masjid karena ketika berangkat ke Masjid terdapat seekor semut di sarungnya, beliau berusaha mengembalikan di mana tempat asal semut tersebut.

Saya mendapat nasehat bahwa memancing ikan adalah salah satu bentuk menyiksa hewan sebelum disembelih.

Ustad mohon saran bila saya memancing ikan di kolam ikan, apakah saya tetap berdosa? Bila saya memancing di laut atau di rawa-rawayang, saya rasa sulit menggunakan jala, apakah saya berdosa? Menangkap belut pada umumnya dipancing dan tidak menggunakan jarring apakah hal ini berdosa juga?

Saat ini dikampung saya melihat ada trend menangkap ikan menggunakan racun atau setrum listrik sehingga jumlah ikan menyusut tajam, apakah ini berdosa juga?

Saya sebenarnya agak suka memancing. Bila memang dilarang saya akan menghentikannya.

Mohon penjelasan yang seksama dari pak ustadz. Konsep memancing ikan apakah diperbolehkan atau tidak?

Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Terima kasih Budi Setia

Budi Setia

Budi Setia

Jawaban

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kalau logika yang dikembangkan adalah kita diharamkan menyakiti hewan sampai ke tingkat tidak boleh memancing ikan, karena dianggap menyakiti, maka seharusnya menggorengnya lebih kejam lagi. Apalagi memakannya, sampai digigit dan dikunyah-kunyah hingga hancur, sungguh tidak punya rasa pri-kebinatangan.

Logika yang dikembangkan oleh orang yang anda sebutkan itu, yakti tidak boleh menyakiti hewan memang kita terima, tetapi sebatas yang wajar. Tetapi yang jadi pertanyaan adalah: Apakah kalau kita sembelih dengan pisau yang tajam, lantas hewan itu tidak merasakan sakit? Apakah hewan itu jadi tersenyum ketika disembelih? Atau menari-nari kegirangan?

Rasanya sih tidak. Hewan itu tetap merasakan sakit. Buktinya hewan itu meronta-ronta, kadang malah keluar suara teriakan tidak berdaya. Anda pasti pernah melihat orang menyembelih kambing atau sapi. Lihatlah ekspresi wajahnya, pasti anda merasa kasihan kan?Itu tandanya hewan itu tetap kesakitan saat lehernya diputus dengan pisau.

Adapun anjuran nabi SAW untuk menajamkan pisau, sekedar sebuah cara untuk sedikit meringankan penderitaannya. Sebab pisau yang tumpul itu akan membuat sakitnya agak lama.Dan pisau yang tajam akan membuatnya sakitnya lebihcepat. Tapi urusan sakit sih tetap sakit.

Maka ikan yang anda pancing itu pasti sakit juga. Akan tetapi tidak ada syariah untuk menyembelih ikan. Yang disembelih hanyalah hewan ternak seperti ayam, kambing, sapi, unta. Seumur-umur kita belum pernah mendengar nabi Muhammad SAW memerintahkan kita untuk menyembelih ikan. Dan di seluruh dunia ini, kita belum pernah melihat ada orang menyembelih ikan.

Sebab yang namanya ikan memang tidak disembelih. Dibiarkan mati, baik karena ditangkap jaring, atau dipancing, atau diangkat ke darat hingga tidak bisa nafas, semuanya halal dan boleh. Bangkai ikan adalah satu dari dua bangkai yang halal dimakan.

Jadi silahkan saja anda meneruskan hobi memancing, tidak usah khawatirdengan logika yang mengada-ada. Selama tidak ada larangan untuk memancing, maka janganasal main haramkan saja. Apalagi dengan logika asal jadi seperti itu.

Kenapa tidak diharamkan kita menginjak bumi? Bukankah kita harus kasihan kepada bumi, jangan diinjak-injak. Kenapa kita mengharamkan bernafas, kan kasihan oxygen itu makhluq Allah juga, jangan dihirup dong. Kenapa kita tidak haramkan minum air, kasihan kan air itu makhluk Allah juga.

Ah, rasanya logika seperti itu terlalu mengada-ada. Sebab Allah SWT telah menciptakan alam semesta ini memang untuk manusia, sepenuhnya untuk kepetingan dan keperlua manusia. Semua hewanituboleh dibunuh untuk dimakan dagingnya. Semua itu memang diciptakan Allah untuk manusia. Kecuali hewan yang diharamkan untuk dimakan, hukumnya haram dimakan. Tapi jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan yang boleh dimakan.

Meracun dan Menyerum Ikan

Sebaiknya kita tidak melakukan peracuanan dan penyetruman ikan di sungai, empang, danau dan lainnya. Bukan karena bab penyiksaan, melainkan lebih karena tindakan itu merusak lingkungan.

Sebab yang mati bukan hanya ikan besar, tetapi ikan kecil-kecil pun ikut mati juga. Bahkan hewan lain yang berguna dalam keseimbangan rantai makanan juga ikut musnah.

Tapi kalau anda punya ikan hidup di dalam ember, mau disetrum silahkan saja. Atau mau dibuang airnya hingga ikan itu mati, lalu dibelah isi perutnya, dibersihkan sisiknya, lalu diceburkan ke dalam minyak mendidih hingga gosok kehitaman, lalu anda masukkan ke mulut dan dikunyah-kunyah hingga hancur berkeping-keping masuk ke perut, semua adalah halal. Dapat pahala bahkan, asal niatnya untuk ibadah kepada Allah.

Wallahu a’lambishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

 

Read Full Post »

Kriteria

Ulama dan Ilmunya

Kamis, 26 Apr 07 05:56 WIB

Assalamu’alaikum wr wb.

Saya punya beberapa pertanyaan.

1. Apakah definisi ulama? Kapankah seseorang bisa dikatakan ulama?

2. Misalkan mayoritas ulama berpendapat A dan ada beberapa ulama berpendapat B, bolehkah kita mengikuti pendapat B karena itu lebih mudah bagi kita? Apakah hal tersebut bisa dikategorikan sebagai mengikuti hawa nafsu, karena kita mengambil sesuatu berdasarkan mudahnya saja?

Untuk itu saya meminta penjelasan juga dari Ustadz

Terima kasih atas jawaban Ustadz

Fatahillah
jdc at eramuslim.com

Jawaban

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Secara bahasa, kata ulama adalah bentuk jamak dari kata ‘aalim. ‘Aalim adalah isim fail dari kata dasar:‘ilmu. Jadi ‘aalim adalah orang yang berilmu, maksudnya ilmu syariah. Dan ulama adalah orang-orang yang punya ilmu ke dalam di bidang ilmu-ilmu syariah.

Dan secara istilah, kata ulama mengacu kepada orang dengan spesifikasi penguasaan ilmu-ilmu syariah, dengan semua rinciannya, mulai dari hulu hingga hilir.

Keutamaan dan Kedudukan Para Ulama

Al-Quran memberikan gambaran tentang ketinggian derajat para ulama,

يَرْفَعِ اللهُ الذينَ آمَنُوا والذينَ أُوتُوا العِلْمَ دَرَجَاتٍ

Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberikan ilmu (ulama) beberapa derajat. (QS. Al-Mujadalah: 11)

Selain masalah ketinggian derajat para ulama, Al-Quran juga menyebutkan dari sisi mentalitas dan karakteristik, bahwa para ulama adalah orang-orang yang takut kepada Allah. Sebagaimana disebutkan di dalam salah satu ayat:

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Fathir: 28)

Sedangkan di dalam hadits nabi disebutkan bahwa para ulama adalah orang-orang yang dijadikan peninggalan dan warisan oleh para nabi.

والعلماء ورثة الأنبياء، إن الأنبياء لم يُورِّثوا دينارًا ولا درهمًا ولكنهم وَرَّثوا العلم

Dan para ulama adalah warisan (peninggalan) para nabi. Para nabi tidak meninggalkan warisan berupa dinar (emas), dirham (perak), tetapi mereka meninggalkan warisan berupa ilmu.(HR Ibnu Hibban dengan derajat yang shahih)

Di dalam kitab Ihya’u Ulumud-din karya Al-Imam Al-Ghazali disebutkan bahwa manusia yang paling dekat derajatnya dengan derajat para nabi adalah ahlul-ilmi (ulama) dan ahlul jihad (mujahidin). Karena ulama adalah orang yang menunjukkan manusia kepada ajaran yang dibawa para rasul, sedangkan mujahid adalah orang yang berjuang dengan pedangnya untuk membela apa yang diajarkan oleh para rasul.

Kerancuan Istilah Ulama

Namun istilah ulama di masa kini sering kali menjadi rancu dan tertukar-tukar dengan istilah lain yang nyaris beririsan. Padahal keduanya tetap punya perbedaan mendasar. Misalnya, seorang yang berprofesi sebagai penceramah, seringkali disebut-sebut sebagai ulama, meski tidak punya kapasitas otak para ulama. Kemampuannya di bidang ilmu syariah, jauh dari kriteria seorang ulama.

Penceramah adalah sekedar orang yang pandai berpidato menarik massa, punya daya pikat tersendiri ketika tampil di publik, mungkin sedikit banyak pandai menyitir satu dua ayat Quran dan hadits, tetapi begitu ditanyakan kepadanya, apa derajat hadits itu, ada di kitab apa, siapa saja perawinya, dan seterusnya, belum tentu dia tahu.

Bahkan tidak sedikit penceramah yang buta dengan huruf arab, alias tidak paham membaca kitab berbahasa arab. Padahal sumber-sumber keIslaman hanya terdapat dalam bahasa arab.

Namun penceramah tetap dibutuhkan oleh masyarakat awam, yang betul-betul kurang memiliki wawasan dan pemahaman atas agama Islam. Jadi meski seorang penceramah hanya punya ilmu agama pas-pasan, tetapi tidak ada rotan, akar pun jadilah.

Bahkan terkadang terjadi fenomena sebaliknya, banyak orang yang sudah sampai kepada level ulama, punya ilmu banyak dan mendalam, tetapi kurang fasih ketika berbicara di muka publik. Bahkan boleh jadi figurnya malah kurang dikenal. Sebab beliau tidak mampu berpidato di TV untuk menjaring iklan. Padahal dari sisi ilmu dan kedalamanannya atas kitabullah dan sunnah rasul-Nya, tidak ada yang mengalahkan.

Ulama Satu Bidang Ilmu

Di zaman sekarang ini, nyaris kita tidak lagi mendapatkan ulama dengan penguasaan di berbagai disiplin ilmu syariah. Kita hanya menemukan para ulama yang pernah belajar beberapa bidang ilmu, namun hanya menguasai satu atau dua cabang ilmu.

Misalnya, kita mengenal ada Syeikh Nashiruddin Al-Albani yang tersohor di bidang kritik hadits. Buku yang beliau tulis cukup banyak, namun kita tahu bahwa beliau bukan seorang yang ekpert di bidang lain, misalnya ilmu ushul fiqih, juga bukan jagoan ahli dibidang ilmu istimbath ahkam fiqih secara mendalam.

Kalau mau tahu apakah sebuah hadits itu shahih atau tidak, silahkan tanya beliau. Tetapi kalau tanya kaidah ushul fiqih, tanyakan kepada ulama lain yang ahli di bidangnya. Namun demikian, kita tetap harus hormat dan takzim kepada beliau atas ilmunya.

Ilmu-Ilmu Yang Harus Dikuasai Oleh Ulama

Idealnya, ilmu syariah dan cabang-cabangnya itu harus secara mendalam dikuasai, terlebih olehpara ulama. Sekedar gambaran singkat, di antaranya ilmu-ilmu syariah dan keIslaman yang harus dikuasai seorang ulama antara lain:

1. Ilmu Yang Terkait Dengan Al-Quran

  • Ilmu tajwid yang membaguskan bacaan lafadz AL-Quran
  • Ilmu qiraat (bacaan) Al-Quran, sepertiqiraah-sab’ah yang bervariasi dan perpengaruh kepada makna dan hukum.
  • Ilmu tafsir, yang mempelajari tentang riwayat dari nabi SAW tentang makna tiap ayat, juga dari para shahabat dan para tabi’in dan atbaut-tabi’in.
  • Ilmu tentang asbababun-nuzul, yaitu sebab dan latar belakang turunnya suatu ayat.
  • Ilmu tentang hakikat dan majaz yang ada pada tiap ayat Quran
  • Ilmu tentang makna umum dan khusus yang dikandung tiap ayat Quran
  • Ilmu tentang muhkam dan mutasyabihat dalam tiap ayat Quran
  • Ilmu tentang nasikh dan mansukh dalam tiap ayat Quran
  • Ilmu tentang mutlaq dan muqayyad, manthuq dan mafhum
  • Ilmu tentang i’jazul quran, aqsam, jadal, qashash dan seterusnya

2. Ilmu Yang Terkait dengan Hadits Nabawi

  • Ilmu tentang sanad dan jalur periwayatan serta kritiknya
  • Ilmu tentang rijalul hadits dan para perawi
  • Ilmu tentang Al-Jarhu wa At-Ta’dil
  • Ilmu tentang teknis mentakhrij hadits
  • Ilmu tentang hukum-hukum yang terkandung dalam suatu hadits
  • Ilmu tentang mushthalah (istilah-istilah) yang digunakan dalam ilmu hadits
  • Ilmu tentang sejarah penulisan hadits yang pemeliharaan dari pemalsuan

3. Ilmu Yang Terkait dengan Masalah Fiqih dan Ushul Fiqih

  • Ilmu tentang sejarah terbentuknya fiqih Islam
  • Ilmu tentang perkembangan fiqh dan madzhab
  • Ilmu tentang teknis pengambilan kesimpulan hukum (istimbath)
  • Ilmu ushul fiqih (dasar-dasar dan kaidah asasi dalam fiqih)
  • Ilmu qawaid fiqhiyah
  • Ilmu qawaid ushuliyah
  • Ilmu manthiq (logika)
  • Ilmu tentang iIstilah-istilah fiqih istilah fiqih madzhab
  • Ilmu tentang hukum-hukum thaharah, shalat, puasa, zakat, haji, nikah, muamalat, hudud, jinayat, qishash, qadha’, qasamah, penyelenggaraan negara dan seterusnya.

4. Ilmu Yang Terkait dengan Bahasa Arab

  • Ilmu Nahwu (gramatika bahasa arab)
  • Ilmu Sharaf (perubahan kata dasar)
  • Ilmu Bayan
  • Ilmu tentang Uslub
  • Ilmu Balaghah
  • Ilmu Syi’ir dan Nushus Arabiyah
  • Ilmu ‘Arudh

5. Ilmu Yang Terkait dengan Sejarah

  • Tentang sirah (sejarah nabi Muhammad SAW)
  • Tentang sejarah para nabi dan umat terdahulu dan bentuk-bentuk syariat mereka
  • Sejarah tentang Khilafah Rasyidah
  • Sejarah tentang Khilafah Bani Umayyah, Bani Abasiyah, Bani Utsmaniyah dan sejarah Islam kontemporer.

6. Ilmu Kontemporer

  • Ilmu politik dan perkembangan dunia
  • Ilmu ekonomi dan perbankan
  • Ilmu sosial dan cabang-cabangnya.
  • Ilmu psikologi dan cabang-cabangnya
  • lmu hukum positif dan ketata-negaraan
  • Ilmu-ilmu populer

Di masa lampau, orang yang disebut dengan ulama adalah orang-orang yang menguasai dengan ahli cabang-cabang ilmu di atas tadi. Namun di zaman sekarang ini, nyaris kita tidak lagi menemukannya.

Maka di zaman sekarang ini, para ulama dari beragam latar belakang keilmuwan yang berbeda perlu duduk dalam satu majelis. Agar mereka bisa melahirkan ijtihad jama’i (bersama), mengingat ilmu mereka saat ini sangat terbatas. Sementara ilmu pengetahuan berkembang terus.

Perbedaan Pendapat di Kalangan UIlama

Masalah perbedaan pendapat di kalangan ulama, barangkali yang anda maksud adalah pendapat fiqih dan fatwa-fatwa.

Sebelum kita memilih pendapat mereka yang menurut anda berbeda-beda, anda harus tahu terlebih dahulu latar belakang keilmuan mereka.

Untuk jawaban masalah hukum fiqih, maka janganlah bertanya kepada ulama hadits, atau ulama tafsir, atau ulama bahasa, atau ulama sejarah. Anda salah alamat. Kalau pun mereka jawab, jawaban mereka tetap kalah dibandingkan dengan jawaban ahlinya.

Misalnya, di Mesir saat ini ada ulama yang berfatwa tentang hukum wanita menjadi kepala negara. Sayangnya, beliau bukan ahli fiqih, tetapi doktor di bidang ilmu pendididikan. Tentu saja fatwanya aneh bin ajaib. Para ulama fiqih tentu terpingkal-pingkal kalau mendengar isi fatwanya.

Masalah fiqih tanyakan kepada ulama yang ahli di bidang ilmu fiqih. Sebab ilmu yang mereka miliki memang lebih menjurus kepada ilmu hukum fiqih.

Faktor Perbedaan Kasus dan Fenomena Sosial

Kalau para ahli fiqih berbeda pendapat, maka anda harus melihat pada konteks ketika mereka menjawab masalah itu. Apakah fatwa yang mereka keluarkan sesuai kondisi sosialnya dengan kondisi sosial di mana anda berada.

Misalnya ketika Syeikh bin Bazz mengeluarkan fatwa haramnya ziarah kubur, maka anda harus tahu bahwa fenomena ziarah kubur di negeri tempat tinggalnya memang sulit untuk dibilang tidak syirik. Sebab orang-orang di sana memang nyata-nyata menyembah kuburan, baik dengan jalan mencium, mengusap, meratap dan meminta rezeki kepada kuburan. Wajar sekali bila Syeikh bin Baz mengharamkan ziarah kubur.

Tetapi fatwa haramnya ziarah kubur versi beliau tidak bisa digeneralisir di semua tempat, yang fenomenanya berbeda.

Kalau di negeri kita ada orang yang ziarah kubur, namun tanpa menyembah dan melakukan hal-hal yang dinilai syirik, maka kita tidak bisa mengharamkannya. Karena ziarah kubur itu sunnah nabi, namun harus dengan cara yang dibenarkan.

Terkadang kesalahan bukan datang dari para ulama, tetapi dari orang awam yang salah kutip dan salah penempatan sebuah fatwa.

Faktor Perbedaan Nash dan Dalil

Terkadang perbedaan pendapat itu dilatar-belakangi oleh perbedaan nash dan dalil. Bila perbadaan pendapat itu memang berangkat dari perbedaan nash, yang oleh para ulama memang sejak dulu sudah menjadi titik perbedaan pendapat, maka kita dibolehkan untuk memilih yang mana saja dari pendapat yang berbeda itu.

Misalnya, ada dua hadits yang sama-sama shahih namun berbeda isi hukumnya. Hadits pertama mengatakan bahwa nabi Muhammad SAW sujud dengan meletakkan lutut terlebih dahulu baru kedua tanggannya. Hadits kedua mengatakan sebaliknya, beliau meletakkan tangan terlebih dahulu baru kedua lututnya. Maka yang mana saja dari hadits ini yang kita pakai, keduanya boleh digunakan. Toh keduanya sama-sama didasari oleh hadits shahih.

Faktor Perbedaan Dalam Menilai Keshaihan Hadits

Ada juga perbedaan pendapat karena perbedaan dalam menilai keshahihan suatu riwayat hadits. Sebab keshahihan suatu hadits memang sangat mungkin menjadi perbedaan pendapat. Seorang Bukhari mungkin saja tidak memasukkan sebuah hadits ke dalam kitab shahihnya, karena mungkin menurut beliau hadits itu kurang shahih. Namun sangat boleh jadi, hadits yang sama justru terdapat di dalam shahih Muslim.

Maka perbedaan dalam menilai keshahihan suatu hadits adalah hal yang pasti terjadi dan lumrah serta wajar.

Seperti dalam kasus hadits bahwa nabi Muhammad SAW diriwayatkan selalu melakukan qunut shalat shubuh hingga akhir hayatnya. Sebagian ulama menerima keshaihannya dan sebagian lainnya menolaknya.

Maka dalam hal ini, kita pun boleh menerima yang mana saja dari kedua pendapat itu, karena masing-masing jelas punya argumentasi yang kuat atas pendapat keshahihan riwayat itu.

Pendeknya, ketika sebuah pendapat dari seorang ulama memang betul-betul telah mengalami proses ijtihad dengan benar, meski pun sering kali tidak sama, maka pendapat yang mana pun boleh kita pakai.

Bahkan meski tidak konsekuen dalam menggunakan pendapat seorang ulama. Kita dibolehkan untuk mengambil sebagian pendapat dari seorang ulama dan dibolehkan juga untuk meninggalkan sebagian pendapatyang lainnya.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

 

Read Full Post »

Kristenisasi di Maroko

Lewat Lagu-Lagu Tradisional

Oleh : Fakta 25 Apr, 07 – 4:41 pm

Upaya-upaya menyebarkan pengaruh Kristen di kalangan Muslim Maroko, mulai merambah dunia seni dengan cara mengubah lirik-lirik lagu tradisional Maroko dengan lirik-lirik yang bernuansa pemujaan terhadap Yesus Kristus.

Menurut kritikus musik Abdul Qadir al-Sahli, para penyebar agama Kristen itu sangat paham bahwa masyarakat Maroko, terutama kalangan generasi mudanya tidak bisa dipisahkan dari lagu-lagu tradisional mereka.

“Mereka sangat menyadari bahwa lagu-lagu rakyat merupakan pilar utama dari identitas nasional dan merupakan cara untuk merangkul berbagai elemen masyarakat di Maroko, ” kata al-Sahli, seperti dikutip Islamonline. Ia mencontohkan lagu “Essiniya” yang populer pada tahun 1974 oleh kelompok musisi Nass El-Ghiawane, yang dijuluki sebagai The Rolling Stones-nya Afrika.

Lirik lagu itu diubah dengan cerita tentang Yesus dan kekristenan yang antara lain berbunyi, “Wahai Rakyat! Saya minta perhatiannya/Saya percaya pada Yesus Kristus yang telah menerangi hidup saya dan menuntut saya ke jalan yang benar/Dia mengorbankan dirinya sendiri untuk saya. ”

Sahli mengungkapkan, para penyebar agama Kristen berupaya mempengaruhi sisi spiritual masyarakat Maroko lewat karya seni, tanpa mempedulikan aspek-aspek teologi yang cukup rumit dalam ajaran Kristen.

“Mereka menyebarkan pesan-pesan dan nilai-nilai agama mereka melalui lagu-lagu populer, ” tukasnya.

Diperkirakan, saat ini ada sekitar 800 penginjil dari Eropa yang aktif melakukan kegiatannya di Maroko, negara yang terletak di Afrika Utara dengan mayoritas penduduknya Muslim. Data tak resmi menyebutkan, pada tahun 2004 ada seribu orang Maroko yang berpindah agama ke Kristen.

Kristenisasi di negara-negara Muslim Afrika, sudah lama dilaporkan oleh sejumlah media Barat dan Arab, karena aktivitasnya yang makin meningkat. Surat kabar Prancis, Le Monde pernah mengungkap ada sekitar 500 orang Tunisia yang masuk Kristen pada tahun 2006 lalu. Selain di Tunis, ribuan warga suku pedalaman di Aljazair dikabarkan juga masuk Kristen sejak 1992. (ln/iol/eramuslim).

Read Full Post »

Poso ????

Poso, Pakistan, dan Afghanistan
Oleh : Redaksi 26 Apr 2007 – 2:39 am

Oleh Bagya Nugraha
Poso ramai lagi. Rentetan tembakan disiarkan di media massa. Korban pun berjatuhan. Keramaian peristiwa Poso disusul dengan alasan-alasan klasik dari para pejabat pemerintah kita: mereka bagian dari Jamaah Islamiyah, jaringan teror bom bali, dan sebagainya.

Kemudian, ada yang menarik dari pernyataan pejabat Polri Setempat bahwa kelompok yang dikejar oleh Densus 88 adalah alumni Afghanistan. Lagi-lagi Afghan! Seolah-olah tidak ada tudingan lain. Seharusnya para pejabat di Indonesia mengkritisi diri sendiri bahwa kemunculan kelompok radikal itu toh sebenarnya juga didukung kebijaksanaan intelijen masa Orba hingga sekarang. Terutama, pada kebijaksanaan intelijennya.

Afghanistan dan Geostrategi
Afghanistan mempunyai lokasi strategis. Ia berada di Asia Tengah. Wilayah ini sudah menjadi incaran negara adikuasa dan konco-konconya sejak era perang dingin. Detail ceritanya, kita bisa melihat tulisan dari wartawan senior KOMPAS yang saya sertakan di bawah ini.

Afghanistan diincar sebagai akses ke sumber-sumber minyak di Asia Tengah. Untuk mendukung tulisan wartawan senior KOMPAS tersebut, saya sertakan beberapa file.

Arah Kebijakan Intelejen Era Soeharto dan Afghanistan
Sejak dibubarkannya BPI (Badan Pusat Intelijen) era Soekarno, dan menggantikannya dengan BAKIN (Badan Koordinasi Intelijen), arah semua kebijakan pun berubah haluan.

Era Soekarno, dengan jargon anti-neoliberalisme, kebijakan intelijen BPI pun tidak jauh-jauh ke arah blok Timur saat itu. Ketika era berganti, setelah Soeharto melakukan ‘kudeta halus’, isu anti-komunisme pun dikumandangkan oleh rezim Soeharto. Isu anti-komunisme merupakan strategis untuk mengganyang habis orang-orang pro Soekarno yang nasionalis maupun komunis. Lewat isu ini pula, CIA menganggap BAKIN sebuah aliansi strategis di kawasan Asia Timur (atau Asia Tenggara). Saat itu kebetulan juga, AS sedang menggarap rencana menggoyang Vietnam, dimana –lagi-lagi– AS sedang mengincar akses dan sumber minyak di sekitar kawasan Vietnam. Lucunya, di beberapa tahun kemudian, AS kalah perang melawan Vietcong.

Dengan sebuah aliansi strategis antara Indonesia dan AS saat itu, dan lewat isu antikomunisme, mau tak mau kita pun mengekor ke AS. Kepintaran untuk mengekor AS diwujudkan melalui (salah satunya) kepintaran orang-orang intelijen Soeharto untuk mengakomodasi/membina kelompok-kelompok Islam yang ada. Bahasa kasarnya: kelompok Islam di Indonesia dimanfaatkan –secara sadar ataupun tak sadar.

Tak heran, ketika konflik Afganistan terjadi, banyak anggota dari kelompok-kelompok Islam asal Indonesia yang berangkat ke sana. Sikap pemerintah, membiarkan dan malah ada yang direstui. Ketika akan masuk Afghanistan, sebagian besar melalui Pakistan. Kedekatan Pakistan dengan AS tak jauh beda dengan Indonesia saat itu, dan bisa ditebak pula berapa jauh aliansi strategis intelijen antara Pakistan dan Indonesia seperti apa. Ini berlangsung terus hingga Uni Sovyet menarik diri dari Afganistan.

Pasca Cold War, para ‘mujahidin’ dan agen-agen binaan pun kembali ke tanah air. Sekedar catatan, Omar Al Farouq dan Hambali pernah di Pakistan juga.

Pasca Cold War pula, situasi geopolitik dan geostrategis pun berubah di kawasan Asia Tengah. Kelompok-kelompok binaan intelijen Pakistan ataupun AS menjadi seperti tak bisa dikontrol lagi. Lepas kendali. Hanya satu cara menurut Setan (bahasa Chavez) dan sekutunya untuk mengontrol kelompok-kelompok itu, yaaitu isu terorisme internasional.

Indonesia Pasca World War II dan Kejatuhan Soeharto

Pasca World War II, negara-negara Sekutu membuat kesepakatan atas wilayah Asia Timur, terutama Indonesia. Mereka ingin membagi wilayah Indonesia menjadi tiga bagian. Mereka ingin menguasainya (salah satunya masuk kawasan Celebes, Papua, Maluku). Pembagian ini berdasarkan geopolitik dan geostrategi. Indonesia dinilai memiliki potensi strategis.

Soekarno memahami soal ini. Tidak salah jika Soekarno menekankan kekuatan laut dan udara untuk menjaga teritorial kita yang negara kepulauan. Hal ini disebabkan Indonesia telah dikepung oleh negara-negara perwakilan Sekutu. Malaysia, Singapura, Brunei, Papua New Guinea, Australia adalah negara-negara protektorat Inggris. Ketika kita meminta balik wilayah Borneo bagian atas (peristiwa Malindo), Australia sudah berniat menyerang Indonesia.

Soekarno terguling, Soeharto pun mengubah arah semua kebijakan. Negara-negara imperialis pun dianggap sahabat, bahkan menjadi tuan-tuan kompeni baru, dan kita jadi para inlander.

Tidak ada politik bebas aktif. Itu semua bullshit. Kita memang sekutu Barat. Merasa kepentingannya tidak terganggu di bawah era Soeharto, negara-negara imperialis pun tak mengganggu teritorial Indonesia (walaupun ada provokasi kecil lewat orang-orang kita sendiri). Imbalannya, sumber-sumber alam (energy) kita pun disedot habis.

Pasca kejatuhan Soeharto, konflik daerah pun berkecamuk dan mengancam integrasi wilayah. Teror terhadap integrasi wilayah MUDAH dimunculkan lewat isu SARA (silahkan cek timeline pasca kejatuhan Soeharto ada kejadian apa aja).

Orang-orang intelijen kita pun seperti tak berdaya pasca Soeharto jatuh. Kenapa? Lha wong mereka kehilangan duit. Ujung-ujungnya orang-orang intel gak ngurus negara lagi, malah ngurus proyek duit.

Yang jelas, pasca Soeharto jatuh, kepentingan asing pun bermain lagi. Itu pun ditambah dengan ‘orang-orang’ yang cuman mikir proyek duit di negeri sendiri.

Ancaman integrasi wilayah pasca Soeharto paling sering dan mudah di wilayah Indonesia Timur. Kenapa? Ada cerita saat perebutan Irian Jaya (operasi Trikora), tentara kita sempat menangkap seorang pendeta bule. Si pendeta mengaku seorang agen asing (Belanda). Dia tidak rela Irian Jaya kembali ke pangkuan RI. Itu dulu saat zaman Bung Karno, apalagi di era pasca Soeharto? Wah pasti lebih canggih lagi.

Kasus Ambon dan Poso bisa jadi contoh kasusnya. Hanya berawal dari permasalahan sepele, tapi memakan korban ribuan orang. Khusus kasus Ambon, gerakan RMS (Republik Maluku Selatan) pun muncul kembali. Ironisnya, si pemimpin malah dilepas Polri.

Kasus Poso, katanya, akan diarahkan seperti kejadian PRRI/PERMESTA lagi

Yang jelas, ketika kasus Ambon dan Poso terjadi, tentara pun tidak tinggal diam. Apa yang dilakukan jaringan TNI? Jaringan islam radikal pun dimanfaatkan kembali. Tentara sebenarnya bukan pro kelompok Islam. Tentara hanya memanfaatkan mereka demi NKRI. Apa jadinya jika tentara benar-benar turun ke sana? Wah isu HAM bakal berkeliaran, seperti didengungkan George Aditjondro.

Coba lihat timeline lagi. Pengiriman laskar-laskar Islam pun dimulai ke daerah-daerah konflik seperti Poso dan Ambon. Orang awam pun bingung, darimana mereka dapat pelatihan dan senjata? Laskar-laskar ini terbina lewat agen-agen binaan dan veteran Afghanistan yang lewat dari Pakistan. Tidak mengherankan jika Hambali dan Omar Al Farouq pernah masuk ke daerah sana.

Seorang jenderal yang sekarang jadi penasihat SBY saat ini pernah merestui keberangkatan laskar-laskar ini. Saya pernah lihat rekaman video, saat konflik terjadi, ada anggota laskar Islam membawa bendera merah putih, dan di belakangnya banyak tentara.

Isu Terorisme Internasional dan Pasca Kerusuhan Ambon dan Poso
Pasca kerusuhan Poso dan Ambon, keadaan bisa jadi sedikit tenang. Laskar Jihad ataupun laskar-laskar Islam yang lain ditarik mundur. The end of story? Belum!

Bisa jadi karena kerusuhan itu reda….dikarenakan ada deal-deal politik di tingkat atas dengan negara-negara imperialis. Indonesia kembali tenang, untuk sementara. Indonesia yang tidak bisa lepas dari politik kawasan dan geopolitik energy, dan ditambah kebijaksanaan intelijen kita yang masih kuat ke arah Barat (CIA dan kawan-kawan), semua setting pun mengarah demi kepentingan USA.

Lewat peristiwa 9/11, USA pun tanpa tedeng aling-aling menuding Taliban alias kelompok Islam radikal sebagai biangnya. Perang terhadap terorisme pun dikumandangkan. Invansi USA pun dilakukan ke Afghanistan.

Indonesia? Karena intel kita pro CIA dan butuh duit, Indonesia ‘dipaksa’ mengumandangkan perang terhadap terorisme karena peristiwa bom bali.

Pengejaran tersangka ‘teroris’ pun dilakukan. Tudingan aparat pun mengarah ke alumni Afghanistan, Poso, dan Ambon. Padahal, yang membina tersangka ‘teroris’ itu orang intelijen kita dan asing juga! Malah ada orang binaan eks BAKIN pernah membagikan uang ke kelompok islam radikal, dimana uangnya itu langsung dari US Embassy.

Untuk mengatasi terorisme, Detasemen 88 pun dibentuk di Polri. Untungnya namanya bukan detasemen 86. Dana dan pelatihannya pun langsung dari orang-orang CIA.

Dengan adanya momen dan aliansi strategis antara orang-orang intel kita dan CIA, gerakan islam radikal pun secara langsung dan tak langsung terkontrol dan ‘dikuasai’ lewat isu terorisme.

Kenapa jadi berbalik? Dulu, kelompok Islam radikal dimanfaatkan untuk melawan kelompok komunis. Sekarang, malah kelompok Islam radikal yang diburu. Semua demi kepentingan asing, demi kepentingan energy.

Polisi bisa aja berkilah bahwa pengejaran para ‘teroris’ itu demi hukum. Sebenarnya, kalau aliran dana ‘teroris’ itu dibuka, ujungnya atau sumber pendanaan gerakan teroris itu, jangan-jangan dari US Embassy juga.

Atau Polri udah jadi bagian dari alat kepentingan asing?

Polri dan Mantan Ka BIN Hendropriyono
Hendropriyono (HP) di TV sempat menyatakan dukungan terhadap Polri di Poso beberapa waktu lalu. Pernyataan Hendro bahwa kelompok JI banyak dari kelompok veteran Afghan. Mereka dituding yang bertanggung jawab atas bom bali dan punya ikatan dengan kelompok Poso.

Siapa sih HP? Dia adalah orang yang ikut bertanggung jawab atas ‘terjebaknya’ Indonesia di dalam isu terorisme internasional. Yang paling diuntungkan dengan isu terorisme ini, adalah USA dan sekutunya. Jangan lupa, ketika bom bali meledak, HP menjabat sebagai Ka BIN. Jangan-jangan demi kepentingan asing pula, semua intitusi (TNI-Polri) terlibat demi isu terorisme.

Jika tertarik soal POSO, just follow the money (telusuri aliran dananya). Siapa pemberi dana gerakan itu sebenarnya. Jangan asal mengatasi POSO dengan letusan senjata, sebab hanya menguntungkan kelompok pro asing (pedagang). (sumber : cedsos.com)

 

KOMPAS, Sabtu, 15 Maret 2003
Antara Afganistan dan Pakistan

Maruli Tobing
SALAH satu kekeliruan utama kita memahami masalah terorisme internasional adalah mengidentikkannya dengan Afganistan. Sedangkan Afganistan sebelum serangan Amerika Serikat (AS) identik dengan sosok Osama bin Laden dan Mullah Omar berikut organisasinya, Al Qaeda dan Taliban.

Lantas dalam persepsi kita muncul panorama mileniarisme dengan penekanan yang berlebihan pada penggunaan kekerasan absolut. Teknologi informasi kemudian mentransformasikannya hingga mirip perang peradaban.

Masyarakat internasional yang terjangkit paranoia menjawabnya dengan menabuh genderang perang. Sementara AS dan sekutunya melakukan perburuan internasional.

Setelah peristiwa 11 September 2001, perburuan ini tidak lagi mengenal batas-batas kedaulatan negara. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menyebutnya sebagai bagian dari perang melawan terorisme internasional.

Proses perubahan begitu cepat dan mendadak sebelum sempat kita memahaminya. Rakyat di negara-negara miskin yang tadinya bergelut melawan ketidakadilan yang ditimbulkan sistem perdagangan Barat tiba-tiba melihat dirinya berada di bibir jurang, yang disebut terorisme.

Berbarengan dengan itu, demokrasi dan keterbukaan yang selama ini dikumandangkan sebagai landasan tata dunia baru tenggelam ke dasar lautan kecemasan. Dunia seakan berada di ujung kiamat oleh ancaman senjata nuklir dan biologi Al Qaeda yang tidak pernah ada itu. Bayang-bayang perang peradaban makin dekat di pelupuk mata.

Namun, apakah mungkin Afganistan, yang mayoritas rakyatnya buta huruf dan usia harapan hidup rata-rata 48 tahun, begitu hebatnya hingga mampu mengobarkan perang peradaban? Lebih khusus lagi, apakah mungkin Osama bin Laden yang tinggal di goa-goa di daerah Pegunungan Kundush memicu perang peradaban melalui Al Qaeda dan jaringan sel-selnya?

SATU hal yang tidak banyak dibicarakan adalah posisi Afganistan dalam lingkup kepentingan geostrategi kawasan. Iran dan Pakistan sudah sejak lama mengincar negeri ini sebagai akses ke negara-negara Asia Tengah yang kaya minyak bumi.

Iran tidak bisa berbuat banyak karena penganut Shiah hanya minoritas di Afganistan. Gerak Iran akan mengundang pembalasan kelompok Sunni. Taliban, misalnya, pernah membantai ribuan warga Shiah untuk menyenangkan Arab Saudi dan Pakistan.

Bagi Pakistan, selain akses ekonomi, pembentukan pemerintahan boneka di Afganistan sangat penting untuk meredam kekecewaan suku Pashton, di provinsi barat laut, berbatasan dengan Afganistan. Sejak lama mereka ingin memisahkan diri dari Pakistan. Di Afganistan sendiri, masyarakat Pashton merupakan mayoritas.

Jauh sebelum invasi Soviet, direktorat intelijen Pakistan, Inter-Services Inteligence (ISI), sudah melakukan aktivitas subversi di Afganistan. Dari perbatasan Pakistan, para pembangkang seperti Hekmatyar dan mantan Presiden Rabbani melancarkan perang gerilya.

ISI menyiapkan instruktur militer, senjata, di samping sekaligus mengudarakan siaran radio Afganistan Bebas. Hal yang sama dilakukan Pakistan terhadap tetangganya, India.

Invasi Soviet akhir tahun 1970-an merupakan keberuntungan bagi Pakistan. Presiden Pakistan Jenderal Zia ul-Haq, yang tadinya dikecam Barat sebagai algojo haus darah, tiba-tiba mendapat sanjungan. AS menyebut pemerintahan Pakistan saat itu sebagai sahabat di garis depan.

Sebutan baru itu membuat Pakistan bergelimang dollar AS dan rial. Untuk mempersenjatai mujahidin saja, misalnya, AS mengeluarkan sedikitnya 3,5 milyar dollar. Distribusi senjata dan pelatihan dikendalikan ISI.

Awal tahun 1980 muncul gagasan Jenderal Zia untuk membentuk front Islam internasional. Dengan dalih melawan komunisme internasional, Washington menyetujui usulan tersebut. Melalui jaringan CIA, kekejaman Tentara Merah di Afganistan dipropagandakan ke seluruh dunia.

Dalam sekejap solidaritas Islam internasional terbentuk. Ribuan sukarelawan mengalir dari Timur Tengah, Afrika, dan Asia. Apalagi kemudian ditampilkan sosok Osama bin Laden, milyarder yang rela hidup di Pegunungan Kundush yang gersang untuk memenuhi panggilan jihad.

TIDAK lama setelah Soviet menarik pasukannya, rezim Babrak Karmal mengalami disintegrasi. Pasukan Jamiat-i-Islami yang dipimpin Akhmad Shah Massoud merebut Kabul tahun 1993. Pemerintah transisional dibentuk dengan menunjuk Rabbani sebagai presiden.

Pakistan kecewa karena pemerintahan Presiden Rabbani didominasi suku Tajik yang anti-Pakistan. Tadinya Pakistan mengharapkan Hekmatyar sebagai presiden.

Atas desakan Pakistan, milisi yang dipimpin Hekmatyar mengepung Kabul. Selama empat bulan kota ini dihujani roket. Kabul hancur total. Sedikitnya 20.000 penduduk tewas.

Tidak berhasil dengan cara itu, tahun 1994 Perdana Menteri (PM) Benazir Bhutto menyetujui pembentukan Taliban. Lebih separuh anggotanya direkrut dari berbagai pesantren di Pakistan. Arab Saudi yang khawatir atas ekspansi Shiah Iran mengalirkan dana bagi Taliban.

Sementara AS yang kecewa terhadap pemerintahan Rabbani secara diam-diam mendukung gerakan Taliban melalui Pakistan. Kekecewaan AS memuncak setelah perusahaan minyak AS, Unicol, tidak dimenangkan dalam tender pembangunan jaringan pipa minyak trans Asia Tengah-Pakistan.

Taliban berhasil merebut Kabul tahun 1996. Pada waktu itu pula, sesuai dengan instruksi ISI, Mullah Omar mengundang Osama bin Laden memindahkan markasnya di Sudan ke Afganistan.

Kemenangan Taliban membuka jalan bagi ISI untuk melanjutkan kegiatan penyelundupan barang-barang mewah dari Dubai dan Iran ke Pakistan. Selain itu, jaringan ISI kembali mengusai produksi heroin di Afganistan.

Sebaliknya, seperti diungkapkan Ahmed Rashid dalam bukunya, Taliban, Washington lagi-lagi kecewa. Setelah lebih dari tiga tahun menunggu, rezim Taliban belum juga memberi lampu hijau bagi perusahaan minyak Unocal.

AS mulai hilang kesabarannya. Awal tahun 2000, AS memasukkan Taliban dalam daftar pemerintah sponsor teroris internasional.

SETELAH runtuhnya pemerintahan dukungan komunis di Kabul, otomatis sukarelawan asing meninggalkan Afganistan. Namun, ISI berusaha memanfaatkan mereka dalam sengketanya dengan India, berkaitan dengan status Jammu dan Kashmir.

Dalam hal ini, ISI gagal menginternasionalisasikan konflik wilayah perbatasan itu. Tidak banyak yang tertarik berjihad di sana. Padahal, ISI memberi imbalan dalam bentuk uang kepada warga Muslim dari negara lain yang berjuang di Jammu dan Kashmir wilayah India.

Laporan majalah Jane’s Intelligence (5 Oktober 2001) menyebut, ISI membayar 400.000-500.000 rupee (atau sekitar Rp 36 juta – Rp 45 juta) untuk kontrak dua tahun bagi orang asing yang berjihad di Jammu dan Kashmir. Mereka juga diasuransikan 200.000-300.000 rupe. Bagi yang berhasil membunuh pasukan India, diberi bonus khusus.

Kelompok-kelompok milisi fundamentalis Pakistan yang tadinya berperang melawan Soviet ikut dialihkan ke Jammu-Kashmir. Termasuk di antaranya Jaish-e-Muhammad (JEM), Lashkar-e-Toiba (LET), Lashkar-e-Jhangvi (LEJ), dan Harkat-ul-Jihad-al-Islami (HUJI).

Kelompok milisi ini masing-masing mempunyai kamp latihan militer di Pakistan maupun Afganistan. ISI menyediakan pelatih dan senjata. Seusai latihan, mereka diterjunkan ke India untuk melakukan aksi terorisme.

Desember 1999, Pemerintah India terpaksa membebaskan Maulana Masood Azhar bersama tiga rekannya setelah kader JEM membajak Air India yang mengangkut 155 penumpang. Pesawat itu dipaksa mendarat di Kandahar. Pembajak menuntut pembebasan keempat orang tersebut dari penjara India.

Maulana Azhar, pemimpin JEM, disebut-sebut mempunyai hubungan langsung dengan ISI. Ia juga dekat dengan Osama bin Laden. Bersama rombongan Al Qaeda, Maulana Azhar ikut memerangi tentara AS di Somalia. Selain itu, ia juga melatih sel-sel pendukung Al Qaeda di Sudan.

Sementara itu, Omar Sheikh, juga aktivis JEM yang ditangkap Februari 2002 dalam kasus penculikan dan pembunuhan Daniel Pearl (wartawan Wall Street Journal), pernah mentransfer 100.000 dollar AS kepada Muhamad Atta, pembajak dalam serangan 11 September 2001. Perintah transfer uang datang dari Letjen Muhamad Ahmed, Kepala ISI.

Jadi, tidak mengherankan jika Ramzi Yousef, otak peledakan bom Gedung World Trade Center (WTC) New York tahun 1993 ditangkap di Peshawar (1995), kota yang berbatasan dengan Afganistan.

Peristiwa itu jauh sebelum Bin Laden mengeluarkan fatwa perang melawan AS dan Israel (1998).

Sejumlah figur penting Al Qaeda juga ditangkap di Pakistan, termasuk Abu Zubayda dan Muhamed Abdullah Binalshibh. Baru-baru ini giliran Khalid Sheikh Mohamed, paman Ramzi Yousef, asal Provinsi Baluchistan (Pakistan), dibekuk di Pakistan. Ia disebut-sebut perencana utama serangan 11 September.

Namun, mengapa Pakistan tidak dimasukkan dalam daftar sponsor teroris internasional? Inilah misteri “perang melawan terorisme”. (Maruli Tobing)

-swaramuslim.com-

 

Read Full Post »