“Geger” Penistaan Islam di Malang
Oleh : Fakta 05 Apr, 07 – 3:00 pm
Ormas Islam Jatim Desak Aparat Tindaklanjuti Kasus Penistaan Agama
Puluhan wanita berjilbab dan pria berbaju Muslim bernyanyi. Lalu, Al-Qur’an itu berada sejajar dengan kaki mereka …itulah sekelumit penistaan agama di Malang.
Puluhan pasangan menari dan bernyanyi. Para wanitanya berjilbab dan yang pria berbaju koko layaknya seorang Muslim dan Muslimah. Jangan keliru, mereka bukan warga Muslim. Tapi, warga berstatus agama lain. Penampilan mereka yang terekam dalam video inilah yang minggu-minggu ini ‘menggegerkan’ kota Batu Malang. Tak hanya kota di kota Apel, video itu juga telah beredar di Pasuruan, Madura dan bahkan sampai ke luar negeri.
“Saya mendapatkanya dari teman, minggu lalu, “ kata Linda, seorang TKW asal Indonesia yang bekerja di Hongkong. “Di sini sudah ramai pak orang lihar VCD nya, “tambah Agus, (22) mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Malang .
Video berdurasi sekitar satu jam itu menceritakan aktivitas sekitar 30 orang yang melakukan ritual khusus. Penampilan peserta seperti terekam dalam VCD, cukup beragam. Peserta laki-laki ada yang memakai sarung dan ada juga yang memakai celana.
Sementara, peserta perempuan sebagian terlihat memakai jilbab. Selama durasi 60 menit lima detik itu tergambar aktivitas kelompok yang dikomando seorang pemimpin. Setelah memberi pengarahan dan instruksi, sang pemimpin lalu mengangkat Al-Qur’an dan mengarahkan peserta lain untuk berdiri melingkar.
Tak beberapa lama, dalam gambar, Al-Quran sudah berada di lantai. Sejajar dengan kaki para peserta yang mengitarinya.
Di belakang mereka, terpampang tulisan Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI) sebagai penyelenggara. Kegiatan ini dilakukan di salah satu hotel di Kota Batu mulai 17-20 Desember 2006.
Salah seorang pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Malang, Nidhom Hidayatullah mengatakan, kasus ini sebagai penistaan dan pembajakan identitas Islam. “Ini bukan kasus biasa. Ini adalah pembajakan identitas Islam”, ujarnya saat dihubungi hidayatullah .
Pihak MUI sendiri, sebagaimana disampaikan Nidhom, sudah melaporkan kasusnya ke pihak Polwil Malang dan MUI Pusat. “Kami sudah melaporkannya. Sebab sebagian masyarakat sudah resah”, tambahnya.
Kapolwil Malang, Kombes Pol M Amin Saleh, sebagaimana dikutip harian Surya (3/4) telah memeriksa lima lebih orang sebagai saksi. Mereka adalah peserta yang tergabung dalam forum itu. [gus/hud/cha/hidayatullah]
Ormas Islam Jatim Desak Aparat Tindaklanjuti Kasus Penistaan Agama
Kamis, 05 April 2007 : MUI dan pimpinan organisasi Islam propinsi Jawa Timur mendesak pihak aparat berwajib menuntut tuntas penistaan agama Islam di Kota Batu
MUI dan Pimpinan organisasi Islam Jawa Timur mendesak pihak berwajib segera menindaklanjuti proses penodaan agama Islam oleh sekelompok orang dari agama tertentu agar kasusnya tidak memancing reaksi banyak orang.
Demikianlah kesimpulan dari sikap Pimpinan organisasi massa Islam yang dituangkan dalam penyataan sikap Pimpinan Organisasi Islam Propinsi Jawa Timur berkaitan dengan “Training Doa” yang kini meresahkan sebagian kaum Muslim Jawa Timur.
Kamis, (5/4) siang tadi, sejumlah 18 organisasi Islam bersama MUI membahas persoalan dan menyampaikan sikap atas kasus penistaan agama di Batu, Jawa Timur. Pertemuan diselenggarakan di Kantor MUI Jawa Timur, Jalan Darmahusada Surabaya.
Delapan belas organisasi Islam itu diantaranya; Al-Irsyad, Forum Pemuda Sunni (FPS), Gerakan Pemuda Islam (GPI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Pemuda Bulan Bintang, Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), PKSPP, Pelajar Islam Indonesia (PII), BKPRMI, Forum Umat Islam (FUI), Dewan Masjid Surabaya, Korp Mubaligh, CICS, Hidayatullah, GP Anshar, Muslimah NU, dan Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM).
Dalam pertemuan itu, organisasi Islam telah menyepakati empat poin. Pertama, mengutuk kegiatan yang dianggap melecehkan umat Islam. Kedua, meminta pihak aparat berwajib segera mengusut tuntas pelaku dan semua yang terlibat dalam acara “Training Doa”. Ketiga, meminta kepolisian bertindak tegas dengan mengambil tindakan huku. Keempat, meminta umat Islam untuk tak terpancing dan tetap menjaga kerukunan.
Keempat butik kesepakatan organisasi Islam itu disampaikan berkaitan dengan kasus penodaan agama oleh sekelompok orang dari agama tertentu di Hotel Asida, Batu, Malang tanggal 17-19 Desember 2006.
Kasus ini terkuak, tatkala beredar VCD kegiatan yang bertajuk “Training Doa” tersebut di tangan masyarakat. Dalam tayangannya, video berdurasi satu jam itu mempertontonkan kegiatan pria-wanita dari agama non-Islam menggunakan baju khas Muslim. Mayoritas pria menggunakan sarung, kopiyah atau peci. Sedang kalangan wanita menggunakan jilbab atau kerudung ala kadarnya.
Para pemimpin ormas Islam menganggap, acara dalam tayangan video itu banyak unsur penodaan Islam. “Pesertanya menggunakan baju layaknya Muslim. Tapi ada acara menghujat Al-Qur’an, dan mengatakan Kitab Suci itu telah menyesatkan jutaan orang termasuk di masjid, madrasah dan pesantren”, ujar Ketua MUI Jawa Timur KH. KH Abdussomad Bukhori,. “Jadi selain pelecehan itu sudah termasuk tindak pidana, “ujarnya kepada hidayatullah.
Karenanya Ketua MUI Jatim ini berharap aparat bertindak untuk mencegah aski massa. “Jadi kesepakatan ormas itu disampaikan justru untuk membantu aparat agar umat Islam tak bertindak diluar koridor hukum”, ujarnya. [cha/Hidayatullah]
Dan Al-Quran itu Lantas “Didoakan…”
Oleh : Fakta 06 Apr 2007 – 5:19 pm
Pria dan wanitanya berbaju Muslim…..lalu, mereka “mendoakan” Al-Quran, “..kita mengusir.. esensi roh-roh yang melekat pada ‘buku’ ini..”
Inilah video ini sudah beredar di tengah masyarakat dan ‘menggegerkan’ umat Islam di Batu dan Malang, Jawa Timur. Bahkan, sebagian sudah beredar di luar negeri. Warga Indonesia yang tengah bekerja di Hongkong pun, kabarnya sudah mendapatkan kopinya.
Video berdurasi sekitar satu jam ini sebenarnya hanyalah rekaman sebuah training ruhani dari sebuah kelompok agama. Tak banyak yang istimewa. Selain hanya kata-kata pujian, nyanyian doa-doa dan petuah-petuah agama dari beberap sang pemimpin agama.
Hanya saja, diantara isinya yang cukup meresahkan adalah beberapa potongan kalimat dan tindakan yang bisa dikategorikan sebagai pelecehan atau penistaan agama.
Isi ringkas video ini dimulai dari nyanyian lagu-lagu ruhani olah jamaah pria dan wanita. Sebagaimana khas baju kebesaran kaum Muslim, sang wanita, rata-rata menggunakan kerudung dan baju Muslimah. Sedang sebagaian besar pria menggunakan sarung, baju koko dan kopiah haji berwarna putih.
Beberapa menit kemudian, jamaah menghentikan nyanyiannya untuk mendengar petuah seseorang. “Ada hal yang akan menghalangi pertemuan kita dengan Tuhan malam hari ini, yaitu dosa….sebagai kerendahan hati kita pada Tuhan. Marilah kita mengambil posisi sujud ke hadirat Tuhan.”
Para jamaah kemudian duduk. Sebagian ada yang bersujud. Mereka berdoa sembari dipandu salah seoarang yang memimpin doa. Tak beberapa lama, acara dilanjutkan menyanyikan lagu puji-pujian kembali. Acara seperti ini, berlangsung beberapa menit.
Acara dilanjutkan rehat, panitia acara kemudian memutarkan beberapa aksi kegiatan keagamaan mereka di tengah-tengah masyarakat dalam sebuah tayangan foto yang ditampilkan dama layar LCD. Dalam gambar, Nampak beberapa foto kegiatan bertuliskan; “Pelayanan Dalam Stop Out Malang”. Ada gambar beberapa orang melakukan pelayanan sosial ditengah-tengah masyarakat. Gambar dilanjutkan dengan empat foto. Ada orang berkumpul, beberapa orang nampak mengenakan jilbab. Di atas foto ada tulisan besar berbunyi, “Friendship Evangelism” dan “Pelayanan Komunitas”. Dilanjutkan foto-foto kegiatan bertuliskan, “Profesional Disciplesship Training (PDT)”.
Tayangan lantas terputus….
Puncaknya, ketika ada seseorang menggunakan kopiyah putih (kemungkinan salah satu pemimpin) berdiri di antara para jamaah yang sedang duduk mengelilingi. Sambil berkhotbah, di tangan kirinya terlihat sedang memegang dua kitab. (belakangan kitab itu adalah Al-Quran dan Injil).
”…..kalau kita dalam keadaan sehat, semata-mata karena anugrah Tuhan yang ajaib….”
“Tuhan mempercayakan kita tinggal di Indonesia, kita tinggal diantara 90% mereka yang belum percaya. Kita mengalami bersama bagaimana perlakuan mereka kepada kita. Kita menyaksikan bersama perbuatan-perbuatan mereka. Kita mendengar bersama rencana-rencana mereka. Hati kita turut merasakan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Saudara, adakah belas kasihan dalam hati kita, adakah kerinduan kita untuk menjangkau mereka. Mungkin, mereka itu adalah sanak-famili. Mungkin masih mertua kita. Mungkin saudara-saudara kita satu kampung, satu desa. Pada kesempatan ini kita tahu, bahwa ada masalah besar yang sedang mereka hadapi. Ada penyebab utama kenapa saudara-saudara kita mengalami hal demikian.” (Lalu… tangan kanan pria ini, lantas mengangkat sebuah kitab tebal).
“Di tangan saya, saudara, saya angkat demikian, supaya saudara mengetahuinya. melihatnya dengan jelas. Mengenali isi buku ini…” (kamera lantas mengarahkan kitab yang ternyata tak lain adalah Al-Quranul Karim edisi terjemahan).
“Di dalam buku ini. Terdapat ajaran-ajaran yang menyesatkan berjuta-juta orang. Melalui ajaran dalam buku ini, membawa mereka dan menuntun mereka menuju Neraka.” (jamaah lantas diminta berdiri)
“Ulurkan tanganmu. Arahkan pandangan hatimu kepada mereka yang masih jauh. Pada kesempatan ini, tunjuk, ulurkan tanganmu pada benda ini!. Benda yang mengakibatkan penyesatan begitu banyak orang. Yang menyebabkan menyebabkan radikalisme sedemikian rupa. Yang menyebabkan pemberontakan-pemberontakan. Kebencian yang diajarkan….” (video terpotong. Selanjutnya, Al-Quran sudah berada di bawah. Sejajar dengan kaki para jamaah yang masih mengelilingnya sambil berdiri).
“Malam ini kita akan melakukan hal yang besar. Kita akan melakukan yang radikal, saudara-saudara!. Dengan berbelas kasihan pada Allah (bukan Alloh, red) , mari bersama-sama berdoa, kita mengusir… esensi roh-roh yang melekat pada buku ini. Dan kitakan di dalam nama Tuhan Yesus…..” (suara lantas gemuruh. Ada yang spontan bilang amen!.amen! Dan sebagian mengatakan sesuatu sambil menunjuk-nunjuk arah Al-Quran. Mirip merukyah jin. Gemuruhnya suasana membuat suara sang imam tak terdengar secara jelas)
“….kita katakan kepada pemimpin-pemimpin mereka yang telah menjadi provokator, sekali lagi mari kita katakan, kepada mereka yang mengajakarkannya. Di dalam nama Yesus….” (dan gemuruh pun terjadi. Terlihat sebagian mengepalkan tangan dan berdoa kembali)
Masih banyak kutipan-kutipan lain yang belum sempat dikutip secara keseluruhan di sini. Namun yang jelas, acara “Training Doa” yang telah didokumentasikan di VCD inilah yang telah meresahkan sebagian besar umat Islam, khususnya Kota Batu dan Malang.
Meski tak jelas dari organisasi apa dan lembaga agama mana, sebagian masyoritas Muslim meyakini, kegiatan ini diselenggarakan oleh kelompok non Muslim.
Namun kenyataan ini dibantah kalangan Nasrani. Ketua Umum Badan Kerja Sama Gereja (BKSG) Kota Batu, Micha NL Tobing mengatakan sudah membuat keputusan bersama terkait kasus ini untuk menepis anggapan bahwa kegiatan itu sengaja dilakukan kaum Nasrani, seperti tercantum di VCD. “Kami sangat menyesalkan beredarnya VCD ini. Karena itu, pengusutan kasus ini kami serahkan sepenuhnya ke aparat keamanan,” ujarnya di Harian Surya. [cha, berbagai sumber/Hidayatullah.com] – swaramuslim.com –